Fenomena "Quiet Vacationing": Tren Liburan Diam-Diam Tanpa Cuti Resmi yang Sedang Viral di Kalangan Gen Z

 


Anirti Media – Di tengah tekanan kerja dan minimnya waktu cuti, muncul tren baru di kalangan pekerja muda, khususnya Gen Z, yang disebut "Quiet Vacationing". Tren ini merujuk pada perilaku karyawan yang pergi liburan tanpa memberitahu atasan secara langsung, atau bahkan tanpa mengajukan cuti resmi. Fenomena ini ramai diperbincangkan di media sosial dan mulai menjadi perhatian para HR di perusahaan besar.

Apa Itu Quiet Vacationing?

Quiet vacationing adalah kebalikan dari quiet quitting. Jika quiet quitting adalah diam-diam bekerja seminimal mungkin tanpa keluar dari perusahaan, maka quiet vacationing adalah mengambil waktu untuk liburan sambil tetap "terlihat online" atau bekerja dari jauh, padahal sebenarnya mereka sedang bersantai di destinasi wisata. Terlihat menarik bukan, dan ini skema efektif yang jarang bahkan terlintas di benak kita, namun inilah faktanya dunia kerja saat ini.

Menurut survei dari ResumeBuilder.com yang dilakukan pada 2025, 27% pekerja profesional mengaku melakukan quiet vacationing setidaknya sekali dalam setahun terakhir. Hal ini dilakukan karena merasa tidak nyaman mengajukan cuti, khawatir dinilai tidak produktif, atau ingin menjaga citra kerja di tengah persaingan karier yang ketat.

Alasan Munculnya Tren Ini:

  1. Budaya Hustle: Tekanan untuk selalu terlihat produktif membuat banyak karyawan merasa bersalah saat mengambil cuti.
  2. Kurangnya Work-Life Balance: Banyak pekerja tidak punya cukup waktu cuti atau beban kerja yang fleksibel.
  3. Kemajuan Teknologi: Dengan akses kerja jarak jauh, seseorang bisa hadir di rapat Zoom dari pinggir kolam renang.

Risiko Quiet Vacationing:
Meskipun terdengar menarik, quiet vacationing memiliki risiko serius yang mungkin harus kita pertimbangkan secara matang apabila kita berniat mengikutinya, seperti:
- Ketahuan oleh atasan karena performa menurun.
- Masalah etika kerja.
- Risiko burnout karena tidak benar-benar menikmati liburan.
- Hilangnya kepercayaan profesional jika terungkap.

Apakah Ini Alarm untuk Dunia Kerja?

Beberapa pakar HR melihat tren ini sebagai sinyal bahwa perusahaan perlu merevisi kebijakan cuti dan budaya kerja. Jika pekerja merasa tidak bebas mengambil hak cutinya, maka ada yang salah dengan ekosistem kerja tersebut. Bukan menyalahkan karyawan, tetapi menciptakan budaya yang mendukung keseimbangan hidup dan kerja, serta mendorong komunikasi terbuka antara karyawan dan atasan. Quiet vacationing mencerminkan krisis keseimbangan hidup yang dialami oleh generasi muda. Tren ini sebaiknya tidak diabaikan, tetapi dijadikan bahan introspeksi bersama antara dunia kerja dan para profesional muda.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form